"Kami sudah mau bertemu dengan Kabareskrim. Tapi alasannya Bapak dinas luar, Bapak nggak di tempat. Padahal kami sudah mengirim surat kepada Kapolri, sudah atensi Kapolri,” imbuhnya.
Menurutnya, kondisi ini menimbulkan kesan ada sesuatu yang ditutupi. Ia bahkan menyebut kasus ini berpotensi menjadi “dark case” jika tidak segera diusut tuntas.
Klarifikasi Temuan Barang Bukti
Salah satu poin penting yang diangkat keluarga adalah soal temuan alat kontrasepsi dalam penyelidikan polisi.
Informasi itu sempat menimbulkan spekulasi negatif di publik. Nicholay menegaskan, barang tersebut adalah milik istri Arya, Meta Ayu, bukan pihak lain.
Baca Juga: DPR Desak Kemlu Bentuk Tim Investigasi Independen atas Kematian Diplomat Arya Daru Pangayunan
“Yang satu hal mungkin saya perlu sampaikan, bahwa salah satunya adalah masalah kontrasepsi," sebut Nicholay.
"Kontrasepsi itu ternyata milik dari istri almarhum. Bukan milik perempuan lain atau milik siapapun,” ungkapnya.
Ia menambahkan, framing negatif yang terbentuk pasca temuan barang bukti itu harus dihapuskan agar nama baik Arya tidak tercemar.
Misteri di Balik Penugasan Luar Negeri
Keluarga semakin heran karena sebelum tragedi, Arya sedang menyiapkan keberangkatan ke Helsinki, Finlandia, untuk tugas barunya di KBRI Finlandia. Semua dokumen perjalanan keluarga disebut sudah lengkap.
“Kasus ini tidak boleh menjadi dark case, tidak boleh menguap atau dianggap sepele karena ini menyangkut seorang diplomat, aparatur negara dari Kementerian Luar Negeri,” tegas Nicholay.
Pihak keluarga berharap DPR, Komnas Perempuan, LPSK, dan lembaga terkait lainnya ikut mendorong agar kasus kematian Arya Daru benar-benar diselidiki dengan transparan.
Kehilangan yang Mendalam
Dalam kesempatan berbeda, Meta Ayu yang baru pertama kali tampil ke publik sejak kematian suaminya, sempat menyampaikan kesedihan mendalam.