Qidra, sang jubir Kemenkes Gaza, mengungkapkan tank Israel kini berjaga di gerbang RS Al Shifa.
Sementara itu Penembak jitu dan pesawat nirawak Israel menembaki rumah sakit, sehingga petugas medis dan pasien tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kami dikepung dan berada dalam lingkaran kematian,"ujarnya.
Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan RS itu dan meminta petugas medis memindahkan pasien ke tempat lain.
Israel mengaku telah berusaha mengungsikan bayi-bayi baru lahir dari ruang inkubator dan menawarkan 300 liter bahan bakar untuk menyalakan generator darurat di pintu masuk Al Shifa, tetapi tawaran tersebut ditolak oleh Hamas.
Qidra mengatakan 300 liter itu hanya akan cukup untuk menyalakan listrik setengah jam, sedangkan Al Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang dikirim oleh Palang Merah atau lembaga internasional.
Namun, seorang pejabat Israel mengatakan 300 liter bisa bertahan beberapa jam karena hanya ruang gawat darurat yang beroperasi.
Sang ahli bedah, Dr El Mokhallalati, mengatakan bayi-bayi prematur yang biasanya dirawat di inkubator terpisah sekarang dibaringkan delapan orang dalam satu ranjang. Mereka dihangatkan dengan daya listrik yang tersisa.
Setelah tiga bayi meninggal, masih ada 36 bayi yang dirawat di bangsal kelahiran, katanya.
"Kami menduga akan kehilangan lebih banyak bayi setiap hari,"ujarnya.
Rumah sakit besar kedua di Gaza utara, Al Quds, juga telah berhenti beroperasi.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan RS itu dikelilingi oleh pertempuran sengit, sehingga konvoi kendaraan Palang Merah untuk mengevakuasi pasien dan staf medis tidak bisa menjangkaunya.
Badan-badan PBB mengheningkan cipta satu menit pada Senin bagi 101 staf yang telah tewas di Gaza, angka terbanyak sejak PBB didirikan usai Perang Dunia Kedua.
Organisasi internasional itu telah menjalankan operasi kemanusiaan selama beberapa generasi di Gaza, yang sebagian besar penduduknya adalah pengungsi.
Dunia Terbelah