CATATAN BANDUNG – Setiap akhir September, publik Indonesia kerap diingatkan kembali pada peristiwa kelam sejarah bangsa, yakni tragedi Gerakan 30 September 1965. Salah satu yang membuat momen ini selalu ramai diperbincangkan adalah pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI di televisi. Tahun ini, film garapan Arifin C. Noer itu kembali hadir di layar kaca, termasuk di Trans7 pada Selasa (30/9/2025) dini hari pukul 22.45 hingga 03.30 WIB.
Penayangan film G30S/PKI bukan hanya terjadi di Trans7. Beberapa hari sebelumnya, film yang diproduksi Perum Produksi Film Negara (PPFN) itu juga diputar di RCTI dan TransTV pada Sabtu (27/9/2025). Meski usianya sudah lebih dari 40 tahun, film ini masih menjadi tontonan tahunan setiap memasuki bulan September. Tak sedikit masyarakat yang menontonnya untuk mengenang kembali peristiwa 1965, meski kontroversi juga terus mengiringi kehadirannya.
Film yang berdurasi sekitar 3 jam 40 menit ini pertama kali dirilis pada 1984. Selama era Orde Baru, penayangannya diwajibkan oleh pemerintah setiap 30 September, baik di stasiun televisi nasional maupun melalui layar tancap. Bahkan, siswa sekolah diwajibkan menontonnya sebagai bagian dari pendidikan sejarah. Namun, setelah reformasi 1998, film ini sempat dilarang tayang karena dinilai sarat muatan politik, pengultusan tokoh, serta menampilkan adegan kekerasan yang dianggap tidak layak ditonton anak-anak.
Larangan itu muncul pada 30 September 1998 melalui keputusan Menteri Penerangan saat itu, Yunus Yosfiah. Dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR, ia menegaskan film G30S/PKI tidak lagi memiliki relevansi sebagai bahan pendidikan karena lebih menonjolkan propaganda ketimbang aspek kesejarahan. Keputusan tersebut juga mendapat dukungan dari sejumlah tokoh Angkatan Udara yang merasa keberatan dengan narasi film, lantaran menampilkan TNI AU seolah dekat dengan PKI dan Soekarno.
Baca Juga: Jadwal SCTV Selasa 30 September 2025: Asmara Gen Z, Cinta Sedalam Rindu, dan Cinta di Bawah Tangan
Setelah absen hampir dua dekade, film ini kembali tayang di televisi pada 2017. Saat itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menginstruksikan prajurit untuk menggelar nonton bareng film G30S. Ia beralasan, generasi muda perlu memahami sejarah meskipun banyak akademisi menilai film ini tidak akurat. Sejak saat itu, stasiun televisi kembali memutar film ini setiap tahun, meski tidak serentak seperti era Orde Baru.
Film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI sendiri diangkat dari buku karya Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh berjudul Tragedi Nasional Percobaan Kup G30S/PKI di Indonesia. Ceritanya menyoroti aksi penculikan tujuh perwira tinggi Angkatan Darat yang kemudian ditemukan tewas di Lubang Buaya. Film ini dibintangi sejumlah aktor terkenal pada masanya, seperti Amoroso Katamsi, Umar Kayam, Bram Adrianto, dan Syubah Asa.
Menariknya, produksi film ini menelan biaya Rp800 juta—angka yang sangat besar pada awal 1980-an. Proses pembuatannya memakan waktu hingga dua tahun. Ketika dirilis perdana di Jakarta pada 1984, film ini mencetak rekor penonton dengan jumlah hampir 700 ribu orang, mengalahkan popularitas film horor lokal saat itu. Namun, seiring perkembangan zaman, film ini lebih dikenal sebagai karya sinema propaganda Orde Baru ketimbang film dokumenter sejarah murni.
Meskipun begitu, keberadaan film G30S/PKI hingga kini tetap memantik diskusi publik. Sebagian orang menilai film ini bisa menjadi pengingat sejarah kelam bangsa, sementara pihak lain beranggapan film tersebut tidak layak dijadikan rujukan sejarah karena banyak adegan yang dianggap tidak sesuai fakta. Sejarawan Bonnie Triyana misalnya, menilai film ini sarat propaganda, bahkan menyebut adegan penyiksaan jenderal di Lubang Buaya tidak sesuai hasil visum resmi.
Baca Juga: Jadwal Indosiar Selasa 30 September 2025: Mamah dan Aa Beraksi, Kisah Nyata, dan D’Academy 7
Kini, film G30S/PKI bisa ditonton bukan hanya melalui televisi, melainkan juga tersedia di layanan streaming Vidio dan kanal YouTube resmi. Bagi yang ingin menyaksikan ulang, penonton bisa mengaksesnya dengan mudah tanpa harus menunggu jadwal tayang di stasiun televisi. Meski pro dan kontra tetap menyelimuti, film ini tampaknya akan selalu hadir setiap September sebagai bagian dari perdebatan sejarah bangsa.***